Pokok Fikiran Dalam Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik pertama kali dinyatakan oleh Blumer Herbert pada tahun 1937. Interaksionisme simbolik menghitung prinsip dasar yang meliputi kemampuan manusia untuk berfikir, kemampuan berfikir yang didapat dari interaksi sosial, kemampuan manusia mempelajari arti dan simbol dengan menggunakan fikiran serta kemampuan manusia untuk melakukan tindakan dan berinteraksi.
Dengan berprinsip bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk berfikir telah menjadi dasar bagi semua teori yang berorientasi atau berlandaskan interaksionisme simbolik. Manusia bukan hanya mampu menciptakan sesuatu tetapi juga mampu mengevaluasi apa yang mereka lakukan. Dalam konsep Interaksionisme simbolik, fikiran dipengaruhi oleh aspek seperti sosialiasi, arti, simbol, interaksi dan juga masyarakat.
Meskipun Interaksionisme simbolik pertama kali diperkenalkan oleh Blumer Herbert pada tahun 1937 tetapi sebenarnya perspektif Interaksionisme simbolik berawal dari pemikiran Max Weber yang menganggap manusia digerakkan oleh kekuatan sosial baik dalam bentuk struktur ataupun kultur. Dari tindakannya manusia itulah yang disebut “makna subjektif” atau subjective meaning. Berdasarkan pada pemikiran Max Weber, tindakan sosial dapat dibagi menjadi empat yaitu, Rational action, Value based-Rational action, traditional action serta affectual action. Jadi, meskipun terkadang manusia melakukan suatu tindakan yang sama, namun setiap orang memiliki makna yang berbeda dari tindakannya.
Menurut John Dewey, seseorang berkembang sebagai bagian dari usahanya untuk beradaptasi dengan lingkungan, manakala fikiran tersebut ditopang oleh inetraksinya dengan orang lain.
BACA JUGA : BUGATTY VEYRON MOBIL TERCANGGIH DI DUNIA
Berikut ini tokoh sosiologi dalam Interaksionisme simbolik antara lain : George Herbert Mead, William James, John Dewey, WI Thomas, Cooley, Erving Goffman, Peter Berger dan lain-lain.
Melalui pemikiran George Herbert Mead, perspektif Interaksionisme simbolik dapat dinyatakan sebagai kerangka berfikir untuk membangun teori dengan cara melihat masyarakat sebagai hasil dari interaksi keseharian individu-individu.
Pokok fikiran dalam perspektif Interaksionisme simbolik ada tiga yaitu :
1. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dimiliki “sesuatu” sesuatu tersebut baginya.
2. Makna yang dimiliki sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.
3. Makna diperlakukan atau diubah melalui sesuat penafsiran (interpretative procces) yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.