Perang Souliote Yunani Menentang Turki

Perang Souliote Yunani Menentang Turki

Perang Souliote merupakan perang yang selalu diingat oleh masyarakat Yunani sebagai upaya mereka untuk lepas dari pengaruh kekuasaan Turki Usmani. Perang bermula ketika pemerintah Turki Usmani dibawah perintah Sultan menyuruh Ali Pasha untuk mengepung kota Souliote karena pihak Yunani mengadakan kerjasama secara diam-diam dengan pihak Prancis. Akibatnya, armada Turki Usmani langsung melakukan tindakan agresif untuk mencegah pengaruh Napoleon dan juga Rusia yang selalu menyelundupkan senjata kepada masyarakat Yunani sebagai bekal untuk memberontak kepada Turki Usmani.

Pada awal pertempuan 2000 pasukan Yunani dibawah komando Keluarga Bangsawan Botsaris dapat menahan gempuran pasukan Ali Pasha, namun lama-kelamaan pasukan Turki Usmani yang datang bergelombang dan dipimpin pula oleh anak Ali Pasha yaitu Veli Pasha berhasil mempersulit ruang gerak pasukan Yunani. Akibatnya dengan terpaksa pasukan Yunani harus menandatangi perjanjian, dimana para pemberontak yang ditawan oleh pasukan Turki Usmani akan dilindungi dan dijamin keselamatannya oleh Turki Usmani. Melihat hal ini, pasukan Yunani yang sudah tidak berdaya lagi menyetujuinya.
Sayang disayang ternyata pada prakteknya rakyat Yunani merasa bahwa para tawanan perang yang berada dibawah penjagaan pasukan Turki Usmani malah dijadikan budak oleh pihak Turki Usmani. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi seluruh masyarakat Souliote yang terkait perang dengan Turki Usmani Sebelumnya.

Disebut-sebut pada titik akhir pertempuran ini, pihak Yunani melakukan bunuh diri masal, daripada harus jatuh ketangan pihak Turki Usmani. Dikatakan pada akhir perang para ibu-ibu melakukan tarian sebelum kemudian melempar anak-anak mereka kejurang lalu para ibu-ibu itu ikut pula terjun ke jurang. Tragedi bunuh diri masal yang dikenal dengan tragedi Zalongo ini tersebar keseluruh penjuru Eropa. Hal ini akhirnya menjadi salah satu dari deretan perang kemerdekaan Yunani dari Turki Usmani.

Kini masyarakat Yunani masih memperingati perjuangan para penduduk Souliote tersebut, apalagi aksi bunuh diri masal mereka, karena dianggap sebagai hal yang sangat bertentangan dengan logika. Padahal sebenarnya tujuan perang adalah kemerdekaan, namun jika pada akhirnya perang tidak membawa mereka kepada kemerdekaan mereka lebih memiliki kematian sebagai kemerdekaan abadi yang tidak bisa diganggu gugat pihak Turki Usmani.