Kenapa Indonesia Bisa Diajajah Belanda?



Kenapa Indonesia Bisa Diajajah Belanda?

Ini merupakan pertanyaan klasik yang selalu ada dibenak masyarakat Indonesia. Terutama bagi adik-adik yang baru belajar sejarah dan geografi. Negara yang terdiri dari belasan ribu pulau dan luas membentang dari Sabang sampai Merauke, sebuah negara yang besar dengan populasi ratusan juta jiwa bisa dijajah sebuah negara kecil nun jauh di ujung Eropa Barat.

Sejak dulu hingga sekarang, perbandingan jumlah penduduk Belanda dan Indonesia bisa disebut 1 : 10, tetapi negara yang minim penduduk dan memiliki luas wilayah tak lebih besar dari Provinsi Banten itu mampu menguasai Indonesia? Bagaimana ini bisa terjadi, kenapa Indonesia Bisa Dijajah Belanda.

Untuk menjawab ini kita dapat menjabarkan beberapa sebab musabab kenapa Indonesia bisa sampai dijajah Belanda.

Faktor Pertama : Belum Adanya Rasa Persatuan Pada Zaman Dahulu
Sejak kehancuran Kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit. Kawasan Indonesia tempo dulu tidak memiliki rasa persatuan dan saling bermusuhan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan suatu kerapuhan, dan memudahkan kekuasaan asing untuk masuk ke Indonesia.

Faktor Kedua : Kerajaan-Kerajaan Di Indonesia Pada Zaman Dahulu Tidak Memiliki Senjata Dan Strategi Militer Yang Baik
Pada saat bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda tiba di Indonesia tempo dulu mereka melihat lemahnya militer Kerajaan-Kerajaan di Indonesia. Kerajaan-Kerajaan yang saling bersaing antara satu sama lainnya itu tertinggal secara persenjataan dan strategi militer dari bangsa Eropa. Budaya menggunakan senjata api tidak merata di seluruh kawasan Nusantara, senjata api hanya digunakan oleh kaum-kaum ningrat sehingga lapisan bawah masyarakat hanya mahir menggunakan senjata tradisional.

 Kapal Layar Belanda Era Kolonial, sumber gambar www.texel.net

Dengan senjata-senjata tajam yang terhitung ketinggalan zaman bila dibandingkan kemajuan persenjataan bangsa Eropa ini memberikan celah bagi pihak kolonial untuk menginvasi kawasan Nusantara. Meskipun di Nusantara sangat banyak Kesatria-Kesatria yang mahir bela diri dan sakti mandraguna ternyata tidak dapat terlalu dimanfaatkan ketika terjadi perang dalam skala besar.

Masyarakat Nusantara dengan senjata tradisional biasa bertempur dimedan terbuka secara masal dan frontal tanpa strategi khusus dan pengertian baris-berbaris yang mumpuni di medan perang. Ini memudahkan para penjajah untuk mengarahkan senjata api mereka seperti meriam dan senapan kearah para Kesatria-Kesatria di bumi Nusantara. Seseorang yang kebal senjata tajam belum tentu kebal pula terhadap senjata api, dan kalaupun kebal terhadap keduanya belum tentu kebal terhadap terjangan peluru meriam yang dapat meremukkan tulang.

Faktor Ketiga : Tidak Adanya Pendidikan Yang Baik Di Bumi Nusantara
Bangsa Eropa pada masa Renessaince telah menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Sehingga mereka sangat tertarik dan serius dalam membangun pendidikan. Sedangkan masyarakat Nusantara pada masa itu kebanyakan masih buta huruf dan pendidikan pun hanya diperuntukkan bagi sebagian kaum Ningrat. Sehingga dalam medan pertempuran yang kompleks para penjajah itu tentu lebih diuntungkan. Mereka memiliki sudut pandang yang lebih luas dan penuh strategi licik dengan mempelajari berbagai macam sumber ilmu pengetahuan sedangkan masyarakat Nusantara pada era lampau paling hanya kenal ilmu pengetahuan yang bersifat keagamaan.

Hal ini membuat Kerajaan-Kerajaan di Nusantara terkesan meremehkan penjajah yang datang dalam jumlah yang relatif kecil. Mereka mengira bisa dengan mudah mengalahkan para tentara asing itu. Padahal nyatanya penjajah yang datang secara bergelombang dan dengan berbagai macam teknologi terbaru merupakan ancaman paling berbahaya bahkan jauh lebih berbahasa dari semua Kerajaan yang menjadi saingan di Nusantara sebelumnya.

 Tentara Revolusioner Indonesia, sumber gambar http://hobbymiliter.blogspot.co.id



Kurangnya pendidikan dan wawasan juga menyebabkan mudahnya masyarakat Nusantara sendiri termakan bujuk rayu penjajah untuk kemudian berpihak kepada penjajah. Dan hal ini tentu semakin memperumit keadaan, karena Kerajaan-Kerajaan Nusantara selain bersaing satu sama lainnya juga harus menerima kenyataan berperang dengan masyarakatnya yang sendiri yang pro penjajah serta penjajah itu sendiri.

Itulah ketiga faktor penyebab Indonesia berhasil dijajah Belanda. Perlu diingat pada masa penjajah dulu Belanda tidak berhadapan dengan Indonesia sebagaimana paska Proklamasi dan paska kemerdekaan penuh. Belanda hanya berhadapan dengan kerajaan-kerajaan yang sedang tertinggal secara ilmu pengetahuan dan bersaing atau bermusuhan antara satu sama lainnya. Itulah sebabnya kenapa kini Indonesia sangat waspada terhadap isu disintegrasi. Karena apabila sekali lagi kita terpecah belah maka pihak penjajah akan kembali datang menguasai kita semua. Semoga kita tetap saling bersatu dan meningkatkan kemajuan didunia pendidikan sehingga ekonomi dan militer kita semakin membaik dan bangsa asing tidak berani mengusik ketentraman kita. Amin.