Jika Indonesia Tidak Pernah Dijajah Belanda



Jika Indonesia Tidak Pernah Dijajah Belanda
 
Jika Indonesia tidak pernah dijajah Belanda, apakah masih ada Indonesia? Pernahkah hal ini terfikirkan dibenak sobat semua? Pernahkah terbayangkan suasana Nusantara jika kita tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan dari bangsa Eropa yang secara tidak langsung telah mempersatukan kita?

Inilah yang terlintas dibenakku saat ini. Mungkin kita tidak akan mengenal penulisan dengan abjad Romawi sebagaimana hari ini. Mungkin kita masih terdiri dari berbagai macam Kerajaan yang saling bersaing antara satu dengan yang lainnya.

Mungkin di Pulau Jawa ada 4 negara yaitu Jawa, Sunda, Betawi dan Madura yang keempa yang keempatnya menggunakan bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa Nasional.
Di Pulau Sumatera pula mungkin akan ada beberapa negara seperti Minangkabau, Batak, Melayu dan Aceh yang saling berebut pengaruh.

Sedangkan di Pulau Kalimantan akan ada Kerajaan Dayak dan Banjar yang juga akan saling berebut kekuasaan antara satu dengan yang lainnya.

Sedangkan di daerah Sulawesi yang dominan pengaruh Bugis tentu akan bersaing dengan Kerajaan yang ada di Maluku. Sedangkan Papua Barat dan Papua mungkin akan terbentuk suatu pemerintahan yang akan menebar pengaruh hingga ke kawasan Nusa Tenggara dan Flores.

Begitulah mungkin yang terjadi pada negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita tidak akan saling merasa bersaudara antara satu dengan yang lainnya, namun kita akan saling bersaing. Dapat dibayangkan persaingan inilah yang akhirnya menjadi suatu hal yang tak dapat terbantahkan telah memberikan kemudahan akses bagi para penjajah untuk menguasai kita satu persatu.

Hal yang paling mungkin terjadi jika kita tidak dijajah Belanda adalah, kemungkinan besar kita akan dijajah Inggris. Karena kekuasaan Inggris sebenarnya mengepung kawasan Nusantara, di selatan misalnya Inggris telah menancapkan kekuasaan di Australia dan Selandia Baru sedangkan di Utara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussala, Myanmar dan Brunei merupakan daerah jajahan Inggris. Hanya Vietnam dan 
Filipina yang masing-masing dijajah oleh Prancis dan Spanyol.

Sistem penjajahan ala Inggris dan Belanda memang kemungkinan besar akan berkuasa di Nusantara. Kedua penjajah ini tidak memaksa daerah jajahannya untuk mengconvert daerah masyarakat daeah kekuasaanya untuk beragama seperti mereka. Inggris dan Belanda fokus untuk mengeruk hasil kekayaan alam daerah kekuasaannya dan tidak fanatis dalam beragama. Itu sebabnya kenapa penjajah seperti Portugis dan Spanyol tak dapat lama berkuasa di Nusantara. Karena masyarakat yang mayoritas Islam disini akan melakukan perlawanan habis-habisan demi menolak mengubah iman dan keyakinan mereka yang telah mayoritas beragama Islam.

Belanda sebenarnya bukanlah negara yang memiliki kekuatan militer yang mengerikan sepert Inggris, keberhasilan Belanda menjajah Indonesia karena memang ada masyarakat Nusantara sendiri yang pro Belanda karena menolak kekuasaan konservatif ala Kerajaan. Lagipula persaingan antar Kerajaan di Nusantara yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun membawa dendam tersendiri antar kerajaan. Sehingga pada masa kolonial lalu, dijajah Belanda merupakan opsi yang menurut sebagian orang merupakan opsi terbaik, daripada harus dikuasai Kerajaan saingan yang sudah sekian lama saling bentrok.

Kita harus mengakui kehebatan Belanda dalam mengambil keputusan untuk menaklukkan suatu Kerajaan di Nusantara. Belanda boleh dibilang sangat pintar, karena seperti tercatat dalam sejarah, Belanda tidak akan memulai suatu agresi jika kemungkinan untuk menang masih 50-50. Belanda baru akan melakukan agresi jika mereka berkemungkinan besar memenangkan pertempuran.

Dalam beberapa kasus Belanda bahkan tidak perlu susah payah, menghasut sana dan sini untuk memecah belah kedamaian Nusantara. Karena Kerajaan yang ada di Nusantara memang saling bermusuhan dalam berebut daerah kekuasaan. Sehingga terkadang Belanda hanya harus duduk manis menunggu akhir konflik antara dua Kerajaan untuk kemudian melibas kedua-dua Kerajaan yang sudah lelah saling berperang.

Sebagai contoh, untuk menaklukkan daerah di Kalimantan, Belanda akan memboyong tentara dari Banten atau Bugis. Sedangkan untuk menaklukkan Kerajaan Bugis maka Belanda akan memboyong tentara dari Sumatera dengan gaji yang menggiurkan.

Kerapuhan Nusantara inilah yang dimanfaatkan Belanda untuk merangkul satu persatu kekuasaan di Nusantara. Tapi Belanda belajar dari kesahalan Portugis dan Spanyol yang terlalu memaksakan penyebaran Agama Katolik. Belanda yang beragama Protestan lebih memilih untuk tidak terlalu mempersoalkan urusan Agama, karena mereka tau benar pergerakan masa akan terjadi jika Belanda secara terang-terangan mengebiri kebebasan beragama di Nusantara.


Belanda yang hanya memiliki sedikit tentara memang sangat pintar menengok situasi di Nusantara. Hingga akhirnya seluruh kawasan Nusantara berhasil dipersatukan dibawah bendera Hindia Belanda. Namun, ternyata setelah seluruh Kerajaan itu takluk justru timbul suatu semangat persatuan yang tidak diperhitungkan Belanda sebelumnya. Rasa senasib sepenanggungan telah membawa masyarakat Nusantara bersatu padu mengusir penjajah Belanda setelah timbulnya kesadaran bahwa para leluhur kita merupakan bangsa yang besar dan tangguh. Cepat atau lambat titisan darah para Kesatria yang mengalir ditubuh penduduk Nusantara akan melahirkan suatu pergerakan yang dahsyat dan memerdekakan suatu negara baru yang belum pernah ada dalam sejarah dunia. Yaitu Indonesia, suatu negara yang lahir atas rasa kebersamaan menentang imperialisme.