Nasib Warga Kulit Putih di Afrika Selatan



Nasib Warga Kulit Putih di Afrika Selatan

Afrika Selatan adalah negara yang beribukota di Pretoria. Negara ini merupakan negara paling maju secara ekonominya di kawasan Afrika. Afrika Selatan terkenal dengan hasil alam berupa Emas yang sangat banyak terdapat di negaranya.

Pada masa era kolonialisme, Afrika Selatan adalah ladang perebutan bangsa-bangsa Barat, tercatat diantara Inggris, Belanda, Jerman dan Spanyol saling berebutan pengaruh di Afrika Selatan. Secara Union Afrika Selatan merdeka dari Inggris pada tanggal 31 Mei 1910 namun saat itu Afrika Selatan masih menjadi kawasan yang secara administrative belum merdeka seutuhnya. Baru pada tahun 1961 pada tanggal yang sama, Afrika Selatan membentuk pemerintahan Republik. Namun, lagi-lagi pemerintahan terbaru ini masih kental dengan praktek Apherteid yaitu suatu faham yang meletakkan status warga kulit putih secara spesial dimata negara. Hal ini dikemudian hari terus menerus menjadi penyebab konflik antara warga kulit putih dan warga kulit hitam yang ingin mendapatkan hak mereka ditanah leluhur mereka sendiri. 

Hingga akhirnya lahirlah datanglah seorang pejuang paling vokal dalam menyeruakan anti apertheid yaitu Nelson Mandela yang kemudian berhasil menghapuskan sistem apertheid sekaligus menjadi Presiden kulit Hitam pertama di Afrika Selatan pada tahun 1992.

Nelson Mandela mengusung konsep persatuan Afrika Selatan, dengan mengesampingkan semangat ras demi membangun kesejahteraan bersama. Dalam beberapa hal gagasan-gagasan Nelson Mandela ini telah berhasil membawa rakyat kulit hitam Afrika Selatan menghirup udara kemerdekaan yang mereka dambakan sejak kedatangan bangsa kolonial dahulu.

Disebalik kisah sukses penyatuan ras di Afrika Selatan ini tersimpan kisah-kisah tragis yang dilanda orang kulit putih setelah era apertheid ditiadakan. Karena sebagian masyarakat kulit hitam Afrika Selatan menganggap dengan dihapuskannya politik apertheid maka penjajahan masyarakat kulit putih kepada masyarakat kulit hitam telah berakhir, maka masyarakat kulit hitam berhak menuntut balas atas kekejian bangsa kulit putih dimasa lampau. Dengan demikian banyak terjadi penyiksaan, pelecehan ataupun diskriminasi terhadap bangsa kulit putih di Afrika Selatan.


Masalahnya adalah masyarakat kulit putih di Afrika Selatan telah tinggal ratusan tahun di negara itu. Sehingga mereka sudah tidak memiliki kampung halaman seperti era awal kolonialisasi, masyarakat kulit putih Afrika Selatan telah berbaur antara satu sama lain membentuk semangat Eropa ditanah Afrika, sehingga mereka telah menganggap bahwa Afrika Selatan adalah negara mereka sendiri, bukan Inggris atau Jerman.

Kemudahan akses yang mereka dapatkan pada masa apertheid akhirnya hilang dengan perlahan seiring dihapuskannya faham rasial itu. Kini masyarakat kulit putih Afrika Selatan harus hidup dalam dilema dinegara yang kini telah kembal dikuasai oleh masyarakat kulit hitam.

Diantara masyarakat kulit hitam terdapat sebagian besar yang sebenarnya ingin persatuan antara kulit hitam dan kulit putih dilakukan dengan perdamaian sehingga kedua-dua pihak dapat merasakan maju bersama. Namun yang menjadi permasalahan tetaplah ada saja kaum kulit hitam yang masih dendam dengan masyarakat kulit putih sehingga isu diskriminasi seperti pemukulan., pembunuhan, pemerkosaan dan lain sebagainya yang bersifat anarkis selalu saja kita dengar dari negara paling selatan di Afrika tersebut.